Kau boleh bosan, namun dongeng ini kan tetap kuulangi; Kisah sepasang kenangan dan sayup kunangkunang di suatu tepi danau~
Satu-satu waktu mengutip pelan helai tubuhku. Dan jika tak tersebab rindu, maka leburlah aku. Bak mengabu kayu dimamah tungku~
Adapun musim semi, ialah bisik sajakmu; kepak kupu-kupu dan denging matahari~
Dedaun merah matahari. Mematut warna ke muka kolam. Sembari udara meriakkan sesuatu, serupa keheningan~
arloji tua dalam kepalaku. Tak kunjung diam memutarkan masa lalu. Namun tetap tak tahu, mewaktukan maksud, kepadamu~
Biarkan padamu kujatuh berkali-kali. Karena dengan begitu kalbu tak kunjung kebas, dan mati~
Di kotamu langit berwarna mati. Sunyi terlampau batu menyumbat telinga. Dan, ah… bila tak tersebab rindu, mana aku mau~
Dan jemarimu yang lihai mengasuh kenangan. Menikamkan aku yang jauh, pada kerinduan~