Selasa, 22 Agustus 2017

Pintu


Terhadap tanganmu ia terbuat dari apa saja. Bahkan jembatan yang menyeberanginya turut menyusunmu dari lekatan madu. Ia masukkan luar dan dalam di satu saku baju. Karena saku lainnya telah penuh gurau gundu. Gemerincing seperti persua-jumpa. Jembatan sepanjang Februari dan origami perahu. Tapi kau tak di situ. Kau lebih dari bilangan yang melipat-lipatkan dirinya hingga bergetah.

Sampai berderik meranti langgai. Dari sakunya menggelinding mata-mata belia. Memenuhi beranda. Menabuh parau ladang. Mencelupkan ujung kakinya pada perjalanan mencari air. Menemukan seutuhnya dirimu adalah tarian lebah. Suara-suara yang berumah di udara. Tanganmu mengeluarkan dalam sebagai hujan. Hingga alisku, pingganku, kasutku, bilahku, tenggelamku dalam dalam.

Terhadap ingatanku kau terbuka dari apa saja. Seperti batang sungai yang tak berdaun pintu. Tiada ketukan-ketukan. Hanya laju perahu. Menujumu yang tidak ada di situ.