Tampilkan postingan dengan label Fiksimini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiksimini. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Agustus 2011

Fiksimini (episode-3)


[1]


KEMBANG DESA
Tadi pagi kutemukan kelopaknya berserak di pos ronda, bersama putung rokok dan puluhan botol miras.

[2]

JERA
Adi tak mau main bola lagi. Tubuhnya selalu terjepit di antara tiang gawang.

[3]

PECAHAN VAS BUNGA
Setelah kususun lagi malah jadi patung. Mirip sekali dengan anakku yang hilang.

[4]

SETELAH DIRAPIKAN
Bima Sakti jadi lega, semua planet ditumpuk di atas matahari.

[5]

SUNGAI-SUNGAI MENGERING
Lautan menggelepar, lalu mati kehausan.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Fiksimini [episode-2]



Peluru Nyasar
Kaca dapur pecah. Ina memakai earphone sambil mencuci piring. Ada lubang kecil di punggungnya.

Keributan di Kandang Macan
Seorang gadis mengangkat ponsel tinggi-tinggi. “Cari sinyal!” katanya

Larangan Terbang
Ke mana-mana Garuda jalan kaki.

Jatuh Cinta Setengah Mati
Ia terbang dengan sayap-sayap patahnya. Mencoba melintasi samudera.

Haram
Uang dalam amplop menangis mendengar seorang gadis kecil bertanya siapa ayahnya dalam doa.

Fiksimini [episode-1]



Tembak Kau
Satu letupan kecil. Sebagian nyawaku mengepul dari mulutnya. Sebagian lagi tertahan di paru-paru yang sesak oleh jeritan.

Jauh Dekat Sama Saja
Kondektur membuka pintu, menarik pria berjubah putih itu, lalu melemparkannya ke neraka.

Kata yang Terjatuh dalam Amplop
“Jangan”
Tubuhnya gemetar. Pisau berlumur darah itu jatuh berdenting seketika.

Rindu Bermain
Sore itu kaki-kaki kecil kami berlarian di tanah lapang. Baju kami basah kuyup dalam deru hujan peluru.

Hari-hari Berlari dan Saling Mendahului
Kemarin aku jatuh di jurang, kepalaku pecah. Hari ini aku menikah.