Dengan bermacam dalih yang ada, beberapa bulan belakangan
ini saya menjauh dari genggaman pena. Benar-benar menjauh. Draft novel masih
terbengkalai. Tak ada cerpen. Tak jua ringkas cerita. Terlebih lagi sebait
puisi.
Alangkah angkuh kalau saya menyebut diri ini sedang jenuh
dengan semua yang berbau sastra dan turunan-turunannya. Amat kecil sekali
langkah ini baru menjelajah. Dan naif sekali kalau saya bilang sudah bosan
dengan semua panorama (sastra).
Namun barangkali memang inilah yang sebenarnya terjadi.
Seperti ibu hamil yang sedang alergi dengan satu/beberapa jenis makanan, saya
benar-benar mual dengan semua jenis puisi. Rangkaian kata paling menakjubkan
sekalipun menjadi hambar. Apalagi cerpen. Apalagi novel.
Ada suara dalam diri yang sering terdengar lantang. “Saya
muak dengan segala kepura-puraan, fiksi dan segala cinta-cintaan yang picisan.”
Saya turuti saja ‘ngidam’ saya itu. Menjauh dari segala
bebauan sastra.
Berlalu waktu. Saya masih baik-baik saja. Dan memang baik-baik
saja. Sebagai seseorang yang mengoleksi buku dengan masyoritas lembaran fiksi,
saya cukup kaget juga dengan kedayatahanan ini. Sampai bait tulisan ini ditera,
saya bersimpul (dengan hati yang dagdigdug) bahwa ternyata menulis bukan
passion saya. Sastra bukan cinta saya. Saya bisa hidup tanpanya. Dan tetap
baik-baik saja.
Ini perlu saya tegaskan karena beberapa tahun belakangan,
dalam intensitas saya yang cukup tinggi (tsaelah) dengan puisi dan semacamnya,
berjarak saja dengan dunia tulis menulis rasanya mengerikan bukan main, apalagi
sampai harus benar-benar berlepas tangan hingga berbulan-bulan.
Tapi kini saya harus mengahadapi kenyataan itu. Apa yang
saya kira telah mendarah daging dalam diri saya rupanya hanya sehirup nafas
yang dengan mudahnya saya hembuskan kembali. Meski di sisi lain saya juga tidak
bisa menampik kenyataan bahwa ada denyut-desir lain yang mulai menggejala.
Seperti perangai perasaan-perasaan lama.
Lantas terlalu mulukkah kalau saya mengira sebentar lagi
akan ada pemberontakan dari dalam diri? Dan mulai menggugat hal-hal kecil.
Tulisan ini, misalnya.
2 komentar:
Mampir balik mas :D
hahah yoi, terima kasih Cucu Doni Anduang. :))
Posting Komentar