Apa yang seharusnya aku lihat?
Ombak bergelung melepaskan keluasan cemas ke udara. Air demi
air meminta wajah, meminta satu nama untuk disebutkan supaya kau memiliki semua
huruf untuk dipertanyakan. Tanpa khawatir bayangan yang tumbuh perlahan tak
pernah mencapai tepian. Segala tempat untuk menambat
Seperti arang dari rumah dahimu yang terbakar. Aku ingin
begitu saja turun. Merendahkan hati sambil mengingkari semua bercak siasat yang
telah tumpah sebelumnya. Di atas lantai. Tepat ketika lima pasang kaki langit berhenti
sejenak dan mengusap ujung sepatunya yang terbuat dari kulit hujan.
0 komentar:
Posting Komentar