Kerinduanku adalah getah yang merekatkan tangkai dan bunga,
tepat pada rekah kelopak yang menguar aroma tubuhmu.
Aroma sebuah alamat perjumpaan yang kekal,
dimana kelak kita kenang perpisahan seumpama putik jatuh;
tumbuh sebagai rindu yang selalu kambuh.
Putik, putik yang jatuh takkan menumbuhkan rindu!
Namun, bukankah di tanah ketabahan,
pun luka akan mengelopakkan tawa?
Tawa adalah rekahan kelopak-kelopak patah.
Dan ketabahan tak pernah membuka mulutnya
hingga cahaya gerahamnya menyengat bunga-bunga,
mengeringkan getah yang membuat kelopak
melepas pelukan pada pelepah
Ah, Tuan. Apalah juga bunga-bunga bagi kalbu
yang terlanjur hitam dan rindu yang menggugur makam
Oh, kalbu yang hitam, takkan bisa memuisikan kerinduan, Sayang.
Dan Rindu yang sudah mati tak kuterima, sampai kapanpun!
Lubuk linggau - Jambi, September 2011
Puisi di atas diberbalaskan oleh:
Benny Arnas: Memperoleh sejumlah penghargaan di bidang sastra, antara lain Piala Balai Bahasa 2009, Penghargaan Radar Pat Petulai 2009, Penulis Kisah Inspiratif Terbaik 2009 LPPH & Mizan, Anugerah Sastra Batanghari Sembilan 2009, Cipta Cerpen Menpora 2010. dan Krakatau Award 2010. Ia diundang dalam pertemuan internasional Ubud Writers & Readers Festival 2010. Jatuh dari Cinta adalah buku ketiganya setelah Bulan Celurit Api (2010) dan Meminang Fatimah (2009).
"L" : Admin Punai Merindu. Belum mengepakkan barang seangin pun. :)