Maka kaulah selembut wajah bulan yang tersenyum itu. Keindahan yang perlahan-lahan mengucap kata-kata pertamanya. Di telinga bunga. Detak detik tersulam rapi seperti gerak tari bidadari. Benang-benang yang terbentang dari selengkung pelangi.
Maka akulah selembar sapu tangan perca itu. Setubuh tabah yang disatukan dari pecahan-pecahan waktu. Seumpama selapis kaca tipis, aku akan pecah berderai oleh setitik airmata duka. Maka yang bisa kulakukan hanya menjagamu sehingga, yang mengalir dari kedua matamu hanyalah hening bening suka cita yang membasuh wajah-wajah doa.
Maka serangkailah kita. Boneka pucca di atas sapu tangan perca. Yang kelak membuat senyum tawa mungil bersih jemari tasbih. Putra putri kekasih yang merangkak menyingkap tabir, belajar tegak menegak takbir di atas panggung dunia.
0 komentar:
Posting Komentar