Kesunyian adalah batu-batu hitam. Kesunyian adalah batu-batu
yang hitam dan berat. Yang gumpal dan memberati saku celanamu. Yang membuatmu
sulit teranjakkan bahkan sekadar badai kehidupan. Begitu katamu. Dahulu.
Telingaku seperti berdarah-darah. Meski merahnya tak sepekat
helm tim safety yang kerap hilir
mudik di sekitar instalasi mensin pemompa minyak yang gaduh. Suara-suara mata
pisau pemotong yang mengikis. Atau saling terkikis dengan batangan baja dan
besi-besi. Percikannya seru kembang api. Benderang. Iya, ini kota pertambangan
yang gemerlap. Yang megah dan techno.
Kota kecil di pedalaman yang terkepung hutan-hutan. Yang
terkepung pertapa rimba dengan segala relung hijau dan serangga-serangga aneka
rupa.
Sementara aku tengah mengekalkan diri menjadi komponen
pabrik. Sebiji baut yang makin dikencangkan oleh kunci inggris.
Kepentingan-kepentingan penguasa mengaborsi uang di perut bumi.
Aku yang terbenam dalam kebisingan. Menjauh dari syahdu
langit. Yang tak teranjakkan bahkan oleh gempuran badai-badai kerinduan-mu.
0 komentar:
Posting Komentar