Selasa, 15 Februari 2011

Lingkaran-lingkaran yang Dibelenggukan di Leher Kami.

Langit mengetuk. Malam masih tersangkut pada kelelawar bermata merah. Terbangnya rendah. Tapi tak pernah menyentuh tanah. Kita saling berkata dengan tatapan paling pasir. Halus di pesisir. Tamu. Buru-buru kita bersihkan ruang tamu. Lukisan-lukian cat air panggung musim panas. Topeng-topeng. Laci lemari? Ah iya bersihkan juga! Emang siapa sih mereka?

Kerja keras. Keringat menetes dari bola mata. Ruang lengang. Permadani merah tanpa motif. Tunggu. Benarkah tanpa motif. Mudah-mudahan mereka benar-benar datang. Bingkisan? Tak pernah terfikir tuh. Hei wajahmu masih hitam. Pakai biore! Putih dinding. Kita bersandar. Menanti derak pertanda. Jerit serak telepon atau gagang pintu berputar. Atau angin yang tersenyum antara doa sebelum amin. Hati meringis. Emang siapa sih mereka?

Jam 20. Mereka datang dengan 02 jam. Dasar mereka curang. Mereka memakai wajah ayah kita. Adik kita. Tetangga dekat kami. Sahabat kami. Tanpa berhias mereka sepesona kekasih kami. Mereka cengeng. Lemah. Pemalu. Banyak menuntut. Pemalas. Susah diatur. Suka mengatur.

“Mas, minggu depan kami tak datang, ada final bola!”

Emang siapa sih, kalian?

0 komentar:

Posting Komentar