Aku bangun sebelum jam lima. Mandi dan tak
lupa menggosok gigi. Saat jam delapan selesai sarapan, jam lima masih
mendengkur di bawah selimutnya.
Waktuku
kecil. Tik tak tik tak tik tak. Hidupnya
sangat senang. Ia suka saku. Maksudku ia suka menyelinap, bersembunyi di dalam
saku bajuku. Lalu menempelkan telinganya yang panjang di dadaku. Dag dig dug dag dig dug. Kalau ingin
membuat ia tertawa kumasukkan sejumput pasir ke sana. Butir-butir pasir itu akan
terbengong-bengong melihatnya dengan leluasa keluar masuk saku lewat celah pori
baju. Bila begitu ia akan terkekeh sendiri, dan tik tak tik tak nya akan jadi
ramai sekali.
Aku
paling suka mengenakan baju kaos, sebenarnya. Tapi ia paling tak suka, dan
sedikit marah. Aku jadi didiamkannya begitu saja. Dan seringnya kalau sudah
pakai baju kaos aku memang jadi suka lupa waktu. Asyik bermain gundu dari bulat
purnama sampai malam datang dan hanya ada kegelapan di langit-langit langit. Lalu
aku baru pulang dengan sekantung gundu atau bahkan mungkin tidak ada sama
sekali di celana. Ia, tak kan pernah mau berada dalam saku celana. Kala aku
memakai kaos begini ia memilih bergelantungan di kaos. Mirip spiderman,
katanya. Mirip dag dig dug dag dig dug, katanya lagi. Membandingkan bunyi
jantungnya dengan jantungku.
Waktuku
besar. Tik tak tik tak tik tak.
Hidupnya pun sangat senang. Kami sering lari bersama. Maksudku aku lari di atas
tangannya. Butuh lima hari perjalanan untuk menempuh jarak dari pundak hingga
ujung jempol tangannya. Tapi suatu saat kesibukan meyergapku. Seperti gundu. Aku
menggelinding kesana-kemari. Dari bebukit hingga ke tengah kota. Aku jadi lupa
waktu. Lupa berlari dari pundaknya lagi. Dadaku nyeri. Tik tak tik tak tik tak
itu kini kukecilkan lagi lalu kupaku di dinding, sibuk mendengar entah bunyi
apa di sana.
Suatu
saat aku menonton televisi. Dengan dada masih terasa nyeri. Dengan mulut yang
penuh dengan makanan siap saji. Aku tersentak. Ada bom di tengah kota. Ada tamu
yang mengetuk pintu. Masuk saja. Bom itu menjelma cendawan raksasa. Seperti jamur
yang tumbuh di kulit bumi. Gatal. Seekor nyamuk luput dari tepukan. Dengan perut
gendut ia terbang sambil tertawa hingga tak sadar tersangkut di sarang laba-laba. Saatnya
kau makan. Saatnya aku membersihkan keping-keping.
Waktuku
mati. Kukira begitu. Aku tak bisa dengar bunyi tik tak tik tak lagi. Mungkin
dia pun akan heran kenapa tak ada bunyi dag dig dug dag dig dug pada jantungku
lagi.
Tik tak tik tak di dinding. Diam-diam meledak. Datang sesosok malaikat.
Hap!
0 komentar:
Posting Komentar