Jumpa lagi di sesi dibuang sayang. Kali ini diambil dari arsip PPN Pertemuan Penyair Nusantara VI akhir Desember lalu (tanggal 28-31) di Jambi. Bertempat di Hotel Ratu & Shangratu, acara ini tidak hanya dihadiri oleh penyair negeri saja, tapi juga dari negara-negara tetangga.
Seperti yang telah disampaikan di postingan lalu, kami bertugas mengurusi pameran dan bazar buku alias sebagai tukang jualan. Praktis tidak begitu ngeh dengan materi-materi dan acara yang diadakan untuk peserta, jadi tak banyak pula rekam gambar yang akan dibagi di sini. (backsound suara kecewa penonton)
Menjadi penjual buku sastra
adalah pekerjaan paling keren sedunia, seriously.
1. Ini paling penting, dapat bagian keuntungan. (cling!
Mata berwarna hijau bertuliskan symbol dolar)
2. Ini juga paling penting, BISA MENYORTIR BUKU! Buku-buku
sastra yang langka, yang lama dan yang bagus apalagi yang stoknya terbatas bisa
diamankan dahulu untuk kami beli kemudian. Contohnya buku puisi Acep Zamzam
Noor yang langsung ludes. Untungnya saya sudah sempat menyelamatkan satu untuk
saya sendiri. Huahahaha… (Tring! Muncul dua tanduk)
3. Ini tak kalah penting, bisa beli SEMUA BUKU DENGAN
HARGA DISKON. Gak ada satupun peserta bahkan panitia lain yang bisa begini
selain kami. Iya tak ada SELAIN KAMI! (lahh jadi emosi begini). Bahkan saya
beli kumpulan esai petinggi UI Maman S Mahayana ini cuma dengan separuh harga.
(mental murahan)
4. Ini sangat penting, bisa melayani pembeli yang
rata-rata penyair terkenal. Saya tak pernah bayangin sebelumnya kalau seorang
Acep Zamzam Noor melakukan transaksi jual beli dengan saya! (ini berlebihan).
5. Ini tidak begitu penting, tapi setelah dipikir-pikir
lagi jadinya penting juga, bisa dengan mudah minta tanda tangan kepada para
penyair. Mereka lho malah yang datang ketempat kami bukan kami yang
memburu-buru mereka. (mental kucing, malu-malu tapi mau plus mental pemalas,
hihi..)
6. Yang penting segini dulu, selanjutnya akan kita tentukan begitu anda membayar uang muka beserta cicilan pertama. (apa ini???)
Nah kalau ini bener-bener efek
samping. Rekan saya sedang dapat rayuan gombal dari penyair sepuh asal Malaysia
ini. Yah yang namanya penyair, sampai tua pun rayuannya tetep cetar membahana.
(di layar kaca langsung muncul tanda BO; Bimbingan orang tua)
Berlian Santosa, penulis novel
Chan-Phi sedang berbunga hati bersama seorang pembeli yang sekaligus penyair
asal Brunai Darussalam.
Sapardi Djoko Damono! (kemudian
ekspresi kecewa)
Ups, hampir kelupaan padahal justru ini yang gak boleh
ketinggalan terpampang. ^^
0 komentar:
Posting Komentar