Jumat, 01 Februari 2013

Cakar Kucing di Wajah Harimau

link foto

Saya seorang pembaca yang lambat. Sangat lambat. Terutama pada buku-buku yang bagus. Membuka dan membacanya seperti sedang melakukan pendakian pada puncak-puncak tebing yang curam. Kata per kata saya jejaki dan jajaki dengan sangat pelan dan hati-hati.Salah satu efek buruk dari kebiasaan ini adalah saya cukup terasing dari dari beberapa buku yang saling himpit di lemari kaca di rumah. Banyak buku yang belum tuntas saya baca.

Selain itu, setiap kali membaca buku mata saya seperti menjelma jadi cakar kucing, yang seringkali gatal untuk menggaruk-garuk, memberi tanda ‘wilayah kekuasaan’. Walhasil kebanyakan buku saya rusak (baca: kotor) oleh penandaan-penandaan yang saya lakukan. Teman saya di Solo dulu bahkan lebih ‘parah’ lagi. Buku-bukunya penuh dengan coretan pena –tinta permanen. Bukan dengan pinsil yang hapusable seperti yang saya lakukan.

Nah berikut ini saya cantumkan beberapa penandaan –cakaran- saya pada buku harimau, Life Of Pi.

Kehidupan ini begitu indah, sehingga maut pun jatuh cinta padaya. Cinta yang cemburu dan posesif, yang menyambar apa pun yang bisa diambilnya. (hal 23)

Semua makhluk hidup memilikikadar kegilaan yang menggerakkan mereka untuk bertingkah aneh, dan kadang-kadang tak bisa dijelaskan dengan akal. Tapi kegilaan ini bisa menjadi penyelamat; sebab dia juga bagian dari kemampuan beradaptasi. Tanpa unsur ini, tidak bakal ada spesies yang bisa bertahan hidup. (hal 72) – dengan kata lain : rumah sakit jiwa adalah tempat berkumpulnya para penyelamat dunia (???)

Nah, jadi seandainya orang jatuh ke dalam lubang singa dan dicabik-cabik, sebabnya bukan karena singa itu lapar –percayalah, hewan-hewan di kebun binatang diberi makan cukup- atau haus darah, melainkan karena orang tersebut telah melanggar teritorinya. Itu sebabnya pelatih singa sirkus harus selalu masuk paling dulu ke dalam arena, dengan disaksikan singa-singa asuhannya. (hal 75) – saya lupa kenapa saya menandai bagian ini, mungkinkah diam-diam saya berhasrat jadi pawang singa?

Ada cerita tentang Wisnu yang menitis sebagai Pamana si orang kerdil. Dia meminta pada Bali, si raja iblis, sejumlah tanah sebanyak yang bisa dilangkahinya dalam tiga kali melangkah.  (hal 92) – heh, jadi bali itu artinya raja iblis? Ciyus???

Aku berani mengatakan bahwa siapa pun yang telah belajar memahami Islam dan semangat yang terkandung di dalamnya, pasti akan mencintai ajaran ini. Islam agama yang indah, yang mengajarkan persaudaraan dan ketaatan. (hal 101) – Alhamdulillah...

Bunyi parau dengan alunan nada yang tiba-tiba meninggi, serta huruf-huruf hidupnya yang diucapkan panjang dan mengalir, bergulir begitu saja tanpa kupahami, seperti mata air yang indah. Lama aku memandangi mata air ini. Mata air yang kecil, hanya dilantunkan suara satu manusia, namun sedalam alam semesta. (hal 102) – bunyi yang dimaksud adalah bunyi Al-Qur’an yang diperdengarkan oleh Mr. Kumar, seorang yang Hafiz Qur’an.

Kehadiran Tuhan adalah pahala yang terindah. (hal 104)

Rasa takut adalah satu-satunya lawan sejati kehidupan. Hanya rasa takut yang dapat mengalahkan kehidupan. Dia musuh yang pintar dan licik. (hal 234)

Dia (rasa takut) membuat lain-lainnya menjadi busuk, termasuk kata-kata yang ingin kita gunakan untuk menggambarkannya. Jadi kita mesti bersusah payah kalau hendak mengekspresikan rasa takut itu. Kita mesti berjuang keras menyuarakan kata-kata itu. Sebab, jika tidak, jika rasa takut itu menjadi kegelapan yang berusaha kita hindari, atau bahkan berhasil kita lupakan, berarti kita membuka diri terhadap lebih banyak serangan rasa takut, sebab kita tak pernah benar-benar melawan musuh yang telah mengalahkan kita itu. (hal 235)

RICHARD PARKER-LAH yang membuatku merasa tenang. Ironis sekali bahwa makhluk ini, yang pada mulanya membuatku ketakutan setengah mati, pada akhirnya justru membuatku damai, punya tujuan, dan bahkan membuatku merasa utuh. (hal 236)  - richard parker adalah nama harimau yang bersama Pi dalam sekoci, yakali aja ada yang gak tahu. Hihi...

Ini (halaman 236) rupanya adalah penandaan terakhir saya pada novel Life of Pi yang setebal 446 halaman. Saya tidak tahu, barangkali karena cakar kucing ini telah tercabik dan lumat dalam mulut harimau, atau malah karisma sang harimau yang membuat cakar kucing itu berbalik. Sibuk mencakar-mencakar diri. Mencakar-cakar ketakutan demi ketakutan yang selama ini hidup dan menguasai diri saya sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar