link foto |
Saya seorang pembaca yang lambat. Sangat
lambat. Terutama pada buku-buku yang bagus. Membuka dan membacanya seperti
sedang melakukan pendakian pada puncak-puncak tebing yang curam. Kata per kata
saya jejaki dan jajaki dengan sangat pelan dan hati-hati.Salah satu efek buruk dari kebiasaan
ini adalah saya cukup terasing dari dari beberapa buku yang saling himpit di
lemari kaca di rumah. Banyak buku
yang belum tuntas saya baca.
Selain itu, setiap kali membaca buku mata saya
seperti menjelma jadi cakar kucing, yang seringkali gatal untuk
menggaruk-garuk, memberi tanda ‘wilayah kekuasaan’. Walhasil kebanyakan buku
saya rusak (baca: kotor) oleh penandaan-penandaan yang saya lakukan. Teman
saya di Solo dulu bahkan lebih ‘parah’ lagi. Buku-bukunya penuh dengan coretan
pena –tinta permanen. Bukan dengan pinsil yang hapusable seperti yang saya
lakukan.
Nah berikut ini saya cantumkan beberapa
penandaan –cakaran- saya pada buku harimau, Life Of Pi.
Kehidupan ini begitu indah, sehingga maut pun
jatuh cinta padaya. Cinta yang cemburu dan posesif, yang menyambar apa pun yang
bisa diambilnya. (hal 23)
Semua makhluk hidup memilikikadar kegilaan
yang menggerakkan mereka untuk bertingkah aneh, dan kadang-kadang tak bisa
dijelaskan dengan akal. Tapi kegilaan ini bisa menjadi penyelamat; sebab dia
juga bagian dari kemampuan beradaptasi. Tanpa unsur ini, tidak bakal ada
spesies yang bisa bertahan hidup. (hal 72) – dengan kata lain : rumah sakit jiwa adalah tempat
berkumpulnya para penyelamat dunia (???)
Nah, jadi seandainya orang jatuh ke dalam
lubang singa dan dicabik-cabik, sebabnya bukan karena singa itu lapar
–percayalah, hewan-hewan di kebun binatang diberi makan cukup- atau haus darah,
melainkan karena orang tersebut telah melanggar teritorinya. Itu sebabnya
pelatih singa sirkus harus selalu masuk paling dulu ke dalam arena, dengan
disaksikan singa-singa asuhannya. (hal 75) – saya lupa kenapa saya menandai
bagian ini, mungkinkah diam-diam saya berhasrat jadi pawang singa?
Ada cerita tentang Wisnu yang menitis sebagai
Pamana si orang kerdil. Dia meminta pada Bali, si raja iblis, sejumlah tanah
sebanyak yang bisa dilangkahinya dalam tiga kali melangkah. (hal 92) – heh, jadi bali itu artinya raja
iblis? Ciyus???
Aku berani mengatakan bahwa siapa pun yang
telah belajar memahami Islam dan semangat yang terkandung di dalamnya, pasti
akan mencintai ajaran ini. Islam agama yang indah, yang mengajarkan
persaudaraan dan ketaatan. (hal 101) – Alhamdulillah...
Bunyi parau dengan alunan nada yang tiba-tiba
meninggi, serta huruf-huruf hidupnya yang diucapkan panjang dan mengalir,
bergulir begitu saja tanpa kupahami, seperti mata air yang indah. Lama aku
memandangi mata air ini. Mata air yang kecil, hanya dilantunkan suara satu
manusia, namun sedalam alam semesta. (hal 102) – bunyi yang dimaksud adalah
bunyi Al-Qur’an yang diperdengarkan oleh Mr. Kumar, seorang yang Hafiz Qur’an.
Kehadiran Tuhan adalah pahala yang terindah.
(hal 104)
Rasa takut adalah satu-satunya lawan sejati
kehidupan. Hanya rasa takut yang dapat mengalahkan kehidupan. Dia musuh yang
pintar dan licik. (hal 234)
Dia (rasa takut) membuat lain-lainnya menjadi
busuk, termasuk kata-kata yang ingin kita gunakan untuk menggambarkannya. Jadi
kita mesti bersusah payah kalau hendak mengekspresikan rasa takut itu. Kita
mesti berjuang keras menyuarakan kata-kata itu. Sebab, jika tidak, jika rasa
takut itu menjadi kegelapan yang berusaha kita hindari, atau bahkan berhasil
kita lupakan, berarti kita membuka diri terhadap lebih banyak serangan rasa
takut, sebab kita tak pernah benar-benar melawan musuh yang telah mengalahkan
kita itu. (hal 235)
RICHARD PARKER-LAH yang membuatku merasa
tenang. Ironis sekali bahwa makhluk ini, yang pada mulanya membuatku ketakutan
setengah mati, pada akhirnya justru membuatku damai, punya tujuan, dan bahkan
membuatku merasa utuh. (hal 236) -
richard parker adalah nama harimau yang bersama Pi dalam sekoci, yakali aja ada
yang gak tahu. Hihi...
Ini (halaman 236) rupanya adalah penandaan
terakhir saya pada novel Life of Pi yang setebal 446 halaman. Saya tidak tahu,
barangkali karena cakar kucing ini telah tercabik dan lumat dalam mulut harimau,
atau malah karisma sang harimau yang membuat cakar kucing itu berbalik. Sibuk
mencakar-mencakar diri. Mencakar-cakar ketakutan demi ketakutan yang selama ini
hidup dan menguasai diri saya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar