Senin, 11 Februari 2013

Tukang Kayu di Dalam Buku

Saat cuaca hujan belaka
Kepada buku aku bernaung
Dua sisinya adalah atap yang kedap
Di bawahnya aku duduk berdiam
Dibekukan waktu. Padat pasi
Seperti gelondongan kayu jati
Terpaku menatap langit-langit

Huruf-huruf tak seberapa. Padat spasi
Hitam berjatuh-jatuhan
Berkumpul di sudut
Menyatu menjadi wujud
Tukang kayu yang tua
Tukang kayu yang puisi namanya

Peralatan yang sederhana
Pisau ukir, pahat, palu dan kikir
Dengan cara yang serta merta
Dipahat tubuhku mili demi mili
Perih demi perih
Menjadi putra mahkota
Menjadi tugu berukir bunga-bunga
Menjadi patung yang murung
Menjadi balok kayu
Menjadi sampan kecil
Menjadi bocah berwajah dingin
Menjadi serigala
Menjadi keranjang sampah
Menjadi elang
Menjadi teratai hitam
Menjadi hati
Menjadi serpihan hati
Menjadi serpihan serpihan hati
Menjadi titik

1 komentar:

Rafiqotul ifadah mengatakan...

tepuk tangan... plok-plok-plok..
hore...



gak ngerti.:I

Posting Komentar