Hei...hei.. Sob, mungkin udah pada tau sama benda
kecil berbentuk segiempat dengan
batangan melengkung diatasnya. Trus punya anak namanya “kunci” yang kadang jumlahnya
lebih dari satu, sebab sang pembuat tuh benda udah paham dan pengalaman sama salah
satu sifat manusia paling lumrah; lalai.
Mungkin juga kalian udah pernah
ngalamin peristiwa lucu, unik yang berhubungan dengan gembok. Misalnya telat
datang ke sekolah dan menemukan gerbang sekolah udah di gembok, ketiduran di WC
umum yang udah di gembok dari luar oleh sang penjaga WC, ato pernah kena timpuk
sama gembok karena gangguin anak gadis pemilik toko bangunan hehe…
Yeah,
whateverlah. Yang pasti kita semua pastinya udah pada tau apa sih kegunaan
benda yang bernama gembok itu. Yap, sepakat! Tentunya demi menjaga
keamanan hak milik kita dari kehilangan, kecurian, kemalingan, kebobolan,
kemasukan, kerampokan, keracunan.
Huss, apaan sih!
Ane iseng-iseng
pernah mikir (mikir pake iseng???), mungkin gak suatu saat dalam kehidupan ini,
kita gak memerlukan lagi yang namanya gembok??? Eithh …idungnya jangan langsung
megar-megar gitu donk! Maksudnya, ketika pada suatu masa dalam kehidupan ini manusia
udah pada memiliki kesadaran untuk saling menjaga hak milik masing-masing.
Tidak saling menggangu hak milik orang lain, sehingga kita gak perlu lagi
khawatir sampe masang gembok sepuluh Cuma buat kandang ayam aja…ops
Ya, bener sih, kalo
kita lihat kondisi hari ini disekitar kita tentu persoalannya gak segampang itu
ya sob. Gak usah ane sebutin lagi masing-masing kita udah pada paham gimana
suitnya menuhin kebutuhan hidup di zaman ini. Makin lama biaya idup makin
mahal, dulu recehan seratus perak udah bisa bayar ongkos angkot atau dituker
permen empat biji. Nah, kalo sekarang paling ntu duit cuma cukup buat kerokan
doank. Jadi gak heran hal inilah yang menjadi “pemaksa” bagi sebagian orang
untuk mengambil jalan pintas untuk membungkam urusan perutnya.
Namun di sisi
lain kesenjangan ekonomi yang menyebabkan kejahatan itu terjadi tidak lain juga
karena sebagian dari kita terlalu mendekap erat harta bendanya sehingga terjadilah
sebuah ketimpangan dalam masyarakat. Jarang kita sadari bahwa didalam harta
yang kita miliki kan juga ada hak milik orang lain. Zoon Politicon, manusia ialah
mahluk sosial alias gak biisa hidup sendiri, sehingga Tuhan tuh sebenernya nitipin
dunia beserta semua isinya ke kita buat dinikmatin bersama, termasuk harta yang
kita miliki.
Hmmm asal Sob
tau, ane pernah KUKERTA disebuah desa dan tinggal di rumah penduduk yang
sekaligus menjadi posko kami. Pintu tuh rumah cuma ditutup alakadarnya. Gak
pernah dikunci. Motor-motor pada diparkir diluar, dari pagi sampe pagi lagi.
Padahal tetangga pada hilir mudik keluar masuk rumah tersebut untuk berbagai
kepentingan. Kadang-kadang dengan tanpa canggung ada dari mereka yang biasa
makan, minum, nonton atau apalah, selagi masih dalam taraf yang sopan dan
wajar. Itu semua tentunya sudah disadari oleh sang empunya rumah, tapi gak
pernah tuh ada larangan-larangan. Karena masyarakat pun menunjukkan respek
balik berupa kesadaran akan batas-batas kewajaran tindakannya, istilahnya
saling memahami lah gitu.
Bukannya
bermaksud menawarkan utopia atau berkhayal yang muluk-muluk. Sebab keadaan yang
ane andaikan ini sebenarnya sudah terbukti, walaupun hanya di sebagian kecil
tempat. Tapi tak menutup kemungkinan kita semua bisa mewujudkan itu semua untuk
kehidupan yang lebih luas dan universal. Bisa aja kita mulai dari diri sendiri,
dari yang terkecil, dan mulai dari saat ini. Hingga “pada suatu hari” (duh jadi
inget masa SD) Ane, sobat pembaca, dan semua mahluk yang mendiami bumi ini
tidak akan lagi membutuhkan gembok untuk melindungi hartanya. Melainkan saling membuka
pintunya lebar-lebar untuk kemudian saling berbagi. Ah, indahnya.
0 komentar:
Posting Komentar