Judul ini emang kalah aduhai dibandingkan dengan melihat orang
yang lari terbirit-birit dikejar anjing. Ha..ha.. tapi kembali menjadi sesuatu
yang menakutkan kalau hal ini sampai menimpa pada seseorang (pencet hidung
sendiri).
Dulu sewaktu kecil aku punya beberapa pengalaman buruk dikejar
anjing. Waktu asyik joging sama adik malah dikejar anjing yang badannya aja
udah segede kambing, taringnya sebesar gading, matanya sebesar piring (???).
Untunglah si anjing ini rupanya pingin ikut joging saja, soalnya waktu aku
berhenti lari karena kecapekan dan kehabisan nafas (hosh hosh hosh), eh si dogi
malah berhenti juga sambil melet-melet tanpa rasa berdosa.
Mulai dari situlah, dan beberapa peristiwa memilukan lainnya
akhirnya kusimpulkan bahwa anjing itu menyeramkan. Segala macam anjing, TAN-PA
TER-KE-CU-A-LI !!! (emosi)
Melempar anjing itu nekat!
Sebenarnya, anjing itu sebelas dua belas sama tawon, kalau
enggak diganggu dia gak bakalan ganggu juga, gak bakalan menggonggong apalagi
sampe mengejar. Tapi, kalau bukan sang tuannya, jangankan mencolek, cuma
deketin pintu pager rumahnya sewotnya minta ampun, seperti ibu-ibu kebakaran
jenggot. Eh.
Maka dari itu, adalah sebuah kenekatan kalau ada anjing yang
amat sangat super hyper bengisnya sedang berleha-leha kita lempar batu sembari
pake jurus meha-meha. (acak-acak rambut gaya sun go kong)
Melempar anjing itu menghancurkan zona nyaman
Tapi, ada yang menarik lho dari orang yang dikejar anjing
(selain wajah pucat dan teriakan konyolnya), Ia akan mengerahkan segala
kekuatannya, segala yang ada pada dia. Entah itu dengan melempar batu/kerikil
di dekatnya, atau berlari sekencang-kencangnya. Semua itu dalam kerangka
mengerahkan kekuatan dari dalam dirinya.
Beda kasusnya kalau misal kita disuruh lari begitu saja, apalagi
kalau lari karena dihukum untuk mengelilingi lapangan upacara. Kita akan lari
dengan ala kadar-kadirnya, meskipun masih beribu kali lipat dari kecepatan lari
bekicot. Sih.
Karena dikejar anjing itulah kita keluar dari zona nyaman,
mengerahkan segala kekuatan yang ada pada diri kita. Kita jadi tahu bahwa kita
mampu berlari lebih kencang dari yang diduga selama ini. Dengan dikejar anjing
kita akan melewati batasan-batasan yang kita buat sendiri. (sok filosofis, deh)
Melempar anjing itu #30Harimenulisblog
Ide ini muncul dari twitter, dari @perempuansore yang getol
mengkampanyekan orang-orang untuk menulis selama 30 hari berturut-turut. Dan
ditambah lagi dengan keinginan yang penuh semangat juang 45 untuk mendarah
dagingkan gen menulis (halah), kami berdua (Tommy & Muhyi) akhirnya
menyusun program ini, yang dimulai pertanggal 20 september 2010 (20 09 2010 –
angka yang cantik bukan... hehe)
Dikatakan melempar anjing karena kami sebenarnya punya alibi
yang kuat untuk tidak menulis di tengah kesibukan pekerjaan sari senin sampai
sabtu (ALESAN!). Selain itu kebiasaan menulis yang biasanya seperti tabrak lari
karena lebih senang dengan aktifitas impian lainnya (baca: tidur) membuat kami
ingin melempar anjing, keluar dari zona nyaman dengan menulis sampai larut
malam (sebenarnya tulisannya sedikit, cuma karena kebanyakan ‘BACKSPACE’
jadinya perlu waktu lama, maklumlah pemula, he2)
Melempar anjing itu nekat jilid 2
Alamak macam judul buku aja! Eh iya lho, dengan mengasah mata
pena ini kami bercita-cita untuk menerbitkan buku (baik fiksi maupun non
fiksi), selain itu masih ada segudang cita-cita lain yang mungkin akan
teruraikan pada tulisan-tulisan mendatang. Doakan ya semuanya berjalan lancar
amin......
Terakhir, kukutip perkataan Trisnoyuwono yang tekumpul dalam
buku proses kreatif; “Aku mengarang karena yakin aku bisa mengarang, karena aku
tidak ngeri untuk gagal sebagai pengarang.”
Nah dalam bahasaku akan menjadi: Aku menulis blog karena yakin
aku bisa menulis blog, karena aku masih merasa ngeri untuk gagal dan digigit
anjing! ~ tetep :D
NB: buat anjing: maap lho, ini cuma analogi kok, enggak melempar
beneran, so jangan dimasukkan ke hati ya.... salam persahabatan. GUK! :p
0 komentar:
Posting Komentar