Aku tak mengejanya sebagai obituari
Peristiwa yang dicuri
waktu dari rongga mataku
yang mengoperakan episode murah di panggung
berbangku merah, berbau kencing tikus dan kecoa
Aku pun tak mengejanya sebagai maut,
dalam isyarat lamat biola pengemis, di anyap gang kota
Dimana kenangan menjadi semacam sepatu tua,
yang lelah mengeja nama-nama pepohonan di taman.
Dan aku takkan menyebut ini sebagai perpisahan, Tuan!
Ketika malam terakhir rembulan dada kita mengatup pelan,
di desis kopi terakhir. Dan sebuah harum pun mengopak mekar,
dalam ketiadaan.
0 komentar:
Posting Komentar