Senin, 21 Januari 2013

BARBAR SHOP


Kalau aku boleh lebay barangkali akan kubilang kalau sebagian kecil dari yang dianugerahi Tuhan untuk memegang kunci masa depan itu adalah tukang cukur. Kenapa tidak? Dia memegang kendali atas penampilan para pria (ya, yang dimaksud dalam pembahasan –yaelah pembahasan- kita sekarang ini adalah para pemotong rambut pria) beberapa kurun waktu lamanya.

Masalah  sebenarnya cuma terletak pada satu hukum alam: bahwa rambut yang telah dipotong tidak bisa dipanjangkan seketika. Jadi, bila rambut kita tercinta ini telah dipangkas begitu pendek dan hasilnya jelek maka terimalah nasibnya. 

Bentuk Kepala

Aku suka sekali dengan psikologi. Menebak-nebak sifat seseorang hanya dari yang tampak. Atau bahkan menyelidiki hingga terlihat pribadi aslinya. Tampak bagaimana ia berfikir dan apa yang sering difikirkannya.


Tapi semua ilmu (sebenarnya bukan ilmu psikologi sih, tapi lebih ke praduga, hehehe *melet*) itu tak berguna ketika berhadapan dengan yang namanya tukang cukur. Entah kenapa kepribadian mereka begitu misterius. Hemmm… mungkin karena memang hanya ketemu sesaat itu dan dia juga sibuk bekerja seperti tukang cukur pada umumnya. Jadi tak tampaklah itu sifat aslinya.

Maksudku, sebenarnya aku hanya ingin tahu apakah mereka pernah mendapatkan pendidikan mencukur sebelumnya, pernah kursus secara khusus. Atau jangan-jangan mereka jadi tukang cukur karena tak ada profesi lain yang lebih menyenangkan.

Aku        :  “Bang, sudah lama dari tukang cukur?”
Tukur     :  “Baru hari ini Mas.” (memasang kain penutup)
Aku        :  “Sebelumnya kerja di mana?”
Tukur     :  “Ah. Emm cuma jualan siomay.” (mengambil gunting)
Aku        :  “Pasti baru pertama ini gunting rambut?”
Tukur     :  “Iya Mas, maaf ya baru belajar.” (mulai memotong)
Aku      :  “IYAAAA!!! BARU SIH BARU! TAPI MOTONGNYA ENGGAK PAKE GUNTING KUKU JUGA KALEEEEE!!!!” *kabur sambil nangis*

Nah berabe kan? Dan tidak hanya sebatas teknik mencukur (amit-amit deh ketemu tukang cukur yang pake gunting kuku!) namun harus tahu selera orang yang dicukur dan juga paham tentang bentuk kepala. Sebab tidak semua kepala cocok dengan gaya rambut tertentu.

Jadilah aku dari kecil sering punya pengalaman buruk dengan mereka yang tahunya hanya memotong seperti memangkas tanaman pagar. Semua kepala sama saja. Kres kres kres! Berjatuhan rambutku di kain dan di lantai bersama dengan kesedihan yang berjatuhan.

Mencari Pahlawan

Solusinya? Aku harus menemukan tukang cukur yang pas – oh sang phalawan itu! Dan tahukah kalian bahwa kata ‘menemukan’ tadi punya definisi yang teramat kompleks. Sistemnya sperti trial and error. Yaitu aku harus mengujinya dengan kepalaku sendiri (huwooooo….). Datang kepada mereka. Menyodorkan kepala, merelakan rambutku untuk dipotong sesuai selera mereka, lalu – ini bagian yang tak kalah dramatik- membayar mereka!
Yakalo hasilnya bagus. Yakalo begitu lihat tukang cukur dan atau tukang parkir di barber shop bisa tahu itu dia the right man (????). Ewww macam apa aja ini. Jika gagal maka aku harus mencari orang berikutnya. Dan itu artinya aku harus menunggu sampai rambutku ini cukup lebat untuk dipotong sambil menahan-nahan diri keluar rumah dan berusaha untuk tidak bertemu dengan orang banyak karena potongan yang begitu aduhai ini!
Dan itu bisa memakan waktu sampai tiga bulan lamanya. Kenapa selama itu juga karena aku harus (tarik nafas, mencoba tabah)mendamaikan diriku sendiri dari trauma, dan juga menghadapi kenyataan berikutnya bahwa aku harus mengeluarkan uang  untuk mereka. Untuk sebuah percobaan yang selalu tidak lepas dari kekhawatiran. Huffttttt.

0 komentar:

Posting Komentar