Kalau aku boleh lebay barangkali akan kubilang kalau
sebagian kecil dari yang dianugerahi Tuhan untuk memegang kunci masa depan itu adalah tukang cukur. Kenapa
tidak? Dia memegang kendali atas penampilan para pria (ya, yang dimaksud
dalam pembahasan –yaelah pembahasan- kita sekarang ini adalah para pemotong
rambut pria) beberapa kurun waktu lamanya.
Masalah sebenarnya
cuma terletak pada satu hukum alam: bahwa rambut yang telah dipotong tidak bisa
dipanjangkan seketika. Jadi, bila rambut kita tercinta ini telah dipangkas
begitu pendek dan hasilnya jelek maka terimalah nasibnya.
Bentuk Kepala
Aku suka sekali dengan psikologi. Menebak-nebak sifat
seseorang hanya dari yang tampak. Atau bahkan menyelidiki hingga terlihat
pribadi aslinya. Tampak bagaimana ia berfikir dan apa yang sering
difikirkannya.
Tapi semua ilmu (sebenarnya bukan ilmu psikologi sih, tapi
lebih ke praduga, hehehe *melet*) itu tak berguna ketika berhadapan dengan yang
namanya tukang cukur. Entah kenapa kepribadian mereka begitu misterius. Hemmm…
mungkin karena memang hanya ketemu sesaat itu dan dia juga sibuk bekerja
seperti tukang cukur pada umumnya. Jadi tak tampaklah itu sifat aslinya.
Maksudku, sebenarnya aku hanya ingin tahu apakah mereka pernah
mendapatkan pendidikan mencukur sebelumnya, pernah kursus secara khusus. Atau jangan-jangan
mereka jadi tukang cukur karena tak ada profesi lain yang lebih menyenangkan.
Aku : “Bang, sudah lama dari tukang cukur?”
Tukur : “Baru hari ini Mas.” (memasang kain penutup)
Aku : “Sebelumnya kerja di mana?”
Tukur : “Ah. Emm cuma jualan siomay.” (mengambil
gunting)
Aku : “Pasti baru pertama ini gunting rambut?”
Tukur : “Iya Mas, maaf ya baru belajar.” (mulai
memotong)
Aku : “IYAAAA!!! BARU SIH BARU! TAPI MOTONGNYA
ENGGAK PAKE GUNTING KUKU JUGA KALEEEEE!!!!” *kabur sambil nangis*
Nah berabe kan? Dan tidak hanya sebatas teknik mencukur
(amit-amit deh ketemu tukang cukur yang pake gunting kuku!) namun harus tahu
selera orang yang dicukur dan juga paham tentang bentuk kepala. Sebab tidak semua
kepala cocok dengan gaya rambut tertentu.
Jadilah aku dari kecil sering punya pengalaman buruk dengan mereka yang tahunya hanya memotong seperti
memangkas tanaman pagar. Semua kepala sama saja. Kres kres kres!
Berjatuhan rambutku di kain dan di lantai bersama dengan kesedihan yang
berjatuhan.
Mencari Pahlawan
Solusinya? Aku harus menemukan tukang cukur yang pas – oh
sang phalawan itu! Dan tahukah kalian bahwa kata ‘menemukan’ tadi punya
definisi yang teramat kompleks. Sistemnya sperti trial and error. Yaitu aku
harus mengujinya dengan kepalaku sendiri (huwooooo….). Datang kepada mereka. Menyodorkan
kepala, merelakan rambutku untuk dipotong sesuai selera mereka, lalu – ini
bagian yang tak kalah dramatik- membayar mereka!
Yakalo hasilnya bagus. Yakalo begitu lihat tukang cukur dan
atau tukang parkir di barber shop bisa tahu itu dia the right man (????). Ewww
macam apa aja ini. Jika gagal maka aku harus mencari orang berikutnya. Dan itu
artinya aku harus menunggu sampai rambutku ini cukup lebat untuk dipotong
sambil menahan-nahan diri keluar rumah dan berusaha untuk tidak bertemu dengan
orang banyak karena potongan yang begitu aduhai ini!
Dan itu bisa memakan waktu sampai tiga bulan lamanya. Kenapa
selama itu juga karena aku harus (tarik nafas, mencoba tabah)mendamaikan diriku
sendiri dari trauma, dan juga menghadapi kenyataan berikutnya bahwa aku harus
mengeluarkan uang untuk mereka. Untuk
sebuah percobaan yang selalu tidak lepas dari kekhawatiran. Huffttttt.
0 komentar:
Posting Komentar