Kadang-kadang kau merasa di dalam dirimu tumbuh pohon
rambutan yang sangat lebat. Daun-daun. Merah buah seperti bola-bola lampu yang
menyala. Sedemikian rimbunnya sehingga tak ada cahaya yang mampu menerobos dan
melunaskan pandang bagi mata yang meihat permukaan batang tubuh pengertianmu.
Rimbun yang menimbun hari-hari. Keberatannya memaksa
ranting-rantingmu mengkhawatirkan kepatahannya. Gelisah sepanjang malam, siang
dan petang. Betapa buah-buah pemikiranmu itu tak jatuh-jatuh jua.
Maka sesekali kudengar ia mencuri doa. Lalu memejamkan mata.
Dibayangkannya anak-anak bergerombol membawa galah pena dan
karung-karung kertas yang tak terkira bilangannya. Anak-anak yang badung dan
tak takut dengan apa-apa itu mulai memukuli dirimu, mengaitkan ujung galah seperti tangan kapten hook itu lalu menariknya
dengan keras.
Daun dan bebuahan jatuh lalu dimasukkan ke dalam
karung-karung kertas.
Mereka memanggulnya pergi meniggalkan rerantingmu yang
meringan.
Tapi kau masih saja mencemaskan kemana mereka membawa
buah-buah pikiranmu pergi, sampai-sampai tidak peduli bahwa pohon itu
benar-benar tumbuh di dalam dirimu.
0 komentar:
Posting Komentar