Selasa, 09 November 2010

Telah Rekah Padaku Setusuk Sepi

Telah rekah padaku setusuk sepi
Gemerincingnya menggelinding dari puncak keramaian
Hingga di batu pecah bersimbah lemah lembah
Tanah-tanah harapan yang senantiasa dituliskan
Untuk dikubur kembali bersama kekalahan matahari
Kembali letih, urat cahaya tertahan huruf-huruf awan hitam

Hujan, apalah yang ia berisik bisikkan pada bumi
Bila batang tubuh yang tumbuh tak seampuh kayu bakar
Tak hangat-hangat jua gigil makna dalam tenda-tenda alenia

Pada teratai hitam yang mekar di tinta telaga
Pada kata-kata yang patah di sekelilingnya
Duniaku bangkit bersama derai rumputan
Ilalang tempat angin timbul tenggelam
Dan bila sebuah harapan menetas
Dari keterdiamannya. Sepi telah
Menusuk hingga ke tulang puisi
Aku hanya ingin melipat diri
Menjadi kopompong sunyi

0 komentar:

Posting Komentar