Rabu, 31 Mei 2017

Semesti

Apa yang seharusnya aku lihat?

Ombak bergelung melepaskan keluasan cemas ke udara. Air demi air meminta wajah, meminta satu nama untuk disebutkan supaya kau memiliki semua huruf untuk dipertanyakan. Tanpa khawatir bayangan yang tumbuh perlahan tak pernah mencapai tepian. Segala tempat untuk menambat

Seperti arang dari rumah dahimu yang terbakar. Aku ingin begitu saja turun. Merendahkan hati sambil mengingkari semua bercak siasat yang telah tumpah sebelumnya. Di atas lantai. Tepat ketika lima pasang kaki langit berhenti sejenak dan mengusap ujung sepatunya yang terbuat dari kulit hujan.