Kamis, 23 Juni 2011

Rabu, 22 Juni 2011

Sedikit Batak


Di kebun itu, atau mungkin bukan benar-benar kebun. Melainkan hanya serupa selemparan tanah teduh yang diputari pepohonan karet, batang salak, sedikit semak dan batang sirih yang merayapi pepohonan besar.
Jari-jari matahari membelai lembut dedaunan yang menyala hijau. Oh, ini musim kawin tupai rupanya! Kudengar kerukut suara mamalia lincah itu melompat dari dahan  ke dahan. Berkejar-kejaran seperti empu-empu mandraguna yang menguasai Aji Sambar Angin.

“Perhatikan!” Ayah memungkas perhatianku.
Lalu kami khusyuk kembali di depan dua gundukan tanah berbatu nisan, yang ditatakan bebatuan gunung diatasnya.

Minggu, 19 Juni 2011

Cisoca

Muhyi
Ia hanya ingin melompat hingga ujung kalimat. Karena tak bisa, dibuatnya huruf-huruf sebagai pijakan. Setelah titik. Kehampaan maha luas.

Agna
Sebaris puisi yang kita tulis, barangkali hanyalah setitik interupsi. Semesta berpuisi tak kenal henti.

Muhyi 
Semakin berpuisi, semakin lekas kita pada kelelahan diri. Dia jua yang bertengger angkuh di ujung sana.

Agna 
Dia. memang hanya Dia yang pantas angkuh sendiri. Kita bisa apa, selain sebatas menulis diari.

Muhyi
Jarum terus berputar. Mencari sudut paling tepat. Tajam paling kelam. Untuk suatu saat melompat, dan bermain2 dengan urat leher kita.

Agna
jarum masih berputar. ah, mungkin saja mereka telah hilang sabar. bosan, melihat kita asik mengeluh dan sibuk menawar.

Muhyi
Aku menawar kelam. Namun malam memecah lampion. Seperti Ibrahim aku terbakar. Seperti domba yang menggantikan aku menggelepar.

>> Nuhun Kang @agnasky, kubayangkan ciremai yang menjulang rimbun, kesejukannya karena tasbih tak henti dari setiap urat daunnya....

Siang Malam




Kau
Siang dan malam punya dua tangan saling berkaitan. Satu menjelma pagi. Satu merupa senja. Lalu mereka setia berputar. Meski tak pernah bisa saling pandang

Aku
Mereka sempat saling pandang semalam. selama beberapa jam. total lunar eclipse

Kau 
Matahari rembulan itu bukan tubuh seutuhnya, tapi jiwa yang sewaktu-waktu bisa berkelana. Saling berbayang. Saling menghilangkan.

Aku 
Bukankah saat salah satu kelihatan hilang, salah satu rela menjadi cermin kebalikan. Artinya siang dan malam sedang saling pandang?

Kau 
Aku tak bilang jiwa tak bisa saling pandang bukan? Bahkan ia bisa lihat warna suara, nyanyian ataupun rintihan sang pecinta.

Aku
Suara, nyanyian ataupun rintihan sang pencinta bisa dilihat karena terpikat. Hei,bukankah kita sedang bicara mataharirembulansiangmalam.

Kau 
Kita tak sedang saling bicara, hanya hati yang berdamai dengan kesunyian dan mampu mendengar lebih dari biasanya.

NB: Terima kasih yang teramat untuk @fajriadhari yang telah menjadi "Aku". Rumah hujan itu .....

*foto dipinjam dari sini

Buku Puisi yang Tersesat

Sabtu, 18 Juni 2011

Kau, Aku, dan Sesuatu yang -Seharusnya- Bisa Diperbaiki

Malam Kupu




Some Where Over The Rainbow



Jendela Trotoar


Jendela trotoar, di mana langit dan selokan saling berpandangan