Senin, 02 Mei 2011

Dua Puteri Tiga Mata Dua Telinga

Kuda itu sedikit oleng saat sang pangeran menaikinya. Bukan berarti kuda itu kuda lemah, kuda itu malah kuda yang kuat dan terlihat sangat kokoh. Hanya saja kaki depannya putus, sehingga kuda itu sangat susah untuk melangkah. Dan memang kuda itu tidak berjalan. Ketika sang pangeran sudah naik, ia menggerakkan badannya sebentar, lalu terbang!
 
****
 
Rambutnya yang panjang dan pirang telah tersisir rapi. Lalu dengan hati-hati ia kenakan sebuah mahkota. Di hadapan sebuah cermin yang begitu besar ia mematut diri. Dari ujung kakinya yang telah bersepatu kaca hingga ke pangkal lehernya - yang telah berbalut gaun berwarna merah jambu- ia terlihat begitu cantik. Namun saat ia menatap wajahnya, tiba-tiba ia terkaget dan baru sadar akan sesuatu. Segera ia cari kapas kemudian digulungnya lalu dimasukkan ke mata. Tepatnya, rongga mata kanannya yang kosong.

*****

Sang pangeran membiarkan kudanya menggeletak begitu saja di luar. Ia segera melangkah setengah berlari masuk ke dalam istana. Di dalam sudah ramai. Ada seorang puteri menari-nari diiringi denting musik dari sebuah piano besar. Ada tujuh kurcaci yang terlihat sibuk membagikan minuman dan makanan kepada para undangan. Tidak hanya manusia, beberapa hewan pun ikut datang; ada beruang, bebek, harimau hingga ulat bulu.

Sesaat kemudian sang putri keluar. Pangeran menyambutnya tanpa canggung dan kemudian suasana pesta makin gempita. Semua tertawa menari dan bernyanyi. Seekor beruang bernyanyi dengan kerasnya, tujuh kurcaci yang mengantarkan makanan sampai mengenakan sumpal di telinga mereka.

Namun tiba-tiba sebuah pelita besar menyala, lalu disusul seperti sebuah gempa dan ombak yang menyapu seluruh isi istana. Semua jatuh berserak.
“Kamu belum tidur juga!!”

****

Ia mengerjapkan matanya. Bayangan daun cemara yang menerobos jendela bermain-main di wajahnya. Ia turun dari tempat tidurnya lalu berjalan perlahan menuju jendela. Tatkala jendela dibuka udara segar pagi segera menyergap masuk lalu disusul suara cericit burung-burung gereja. Namun suara itu hanya berhenti di depan kedua telinganya lalu berputar lagi terbawa angin. 
 
Sepi. Juga suara kendaraan yang telah berlalu lalang di luar pagar tak ada yang mau masuk ke telinganya yang memerah. Ya, di daun telinganyaterdapat bercak-bercak darah yang telah mengering. Tadi malam ayahnya menempelengnya lagi.

Anak kecil berusia tujuh tahunan itu terkaget tatkala akhirnya tiba-tiba ia mendengar sebuah suara. Ia mengitarkan pandangan hingga berhenti terpaku di tempat sampah. Tampak seorang puteri bermata satu dan kuda berkaki tiga memanggil-manggilnya. “Toloooooong!”

0 komentar:

Posting Komentar