Selasa, 13 Desember 2016

Hujan yang Tajam


Hujan yang tajam bisa saja menggali kepalamu dan membenamkan bijiannya. Anggrek bulan ataukah kembang sepatu? Di kepalaku tumbuh sebidang rimba. Dedaunnya berpanjang waktu menyalin setiap musim yang kau kirim. Tanggal melayang menjadi kelopak kelopak hitam. Berserak hingga jerambah mimpi.

Hujan yang tajam bisa saja menenggelamkanmu. Maka kugembalakan domba-domba hitamnya di ufuk jauh. Sampai tak kudengar ujung sepatumu di bisik angin. Di padang-padang terjal sekawanan serigala badai datang membantai. Darah hujan wajahku. Menyesaki setiap celah ingatan. Membeludak hingga bilik-bilik jantung.

Hujan yang tajam bisa saja patah melulu. Manakala menghunjam kepalaku dalam terlalu. Sebab di gelap itu ada arus sunyi yang beribu kepada batu batu. Yang tak jarang gelombangnya menghempas tiba-tiba. Rumput rendam. Ranting tak berpenggenggam. Remah remah kelopak hitam. Segala yang berpenghidup dan berperedup di kitaran dedua danau mata.

0 komentar:

Posting Komentar