Jumat, 08 Februari 2013

Pertemuan Penyair Nusantara VI


Jumpa lagi di sesi dibuang sayang. Kali ini diambil dari arsip PPN Pertemuan Penyair Nusantara VI akhir Desember lalu (tanggal 28-31) di Jambi. Bertempat di Hotel Ratu & Shangratu, acara ini tidak hanya dihadiri oleh penyair negeri saja, tapi juga dari negara-negara tetangga.

Seperti yang telah disampaikan di postingan lalu, kami bertugas mengurusi pameran dan bazar buku alias sebagai tukang jualan. Praktis tidak begitu ngeh dengan materi-materi dan acara yang diadakan untuk peserta, jadi tak banyak pula rekam gambar yang akan dibagi di sini. (backsound suara kecewa penonton)


Menjadi penjual buku sastra adalah pekerjaan paling keren sedunia, seriously.

 1.   Ini paling penting, dapat bagian keuntungan. (cling! Mata berwarna hijau bertuliskan symbol dolar)

2.  Ini juga paling penting, BISA MENYORTIR BUKU! Buku-buku sastra yang langka, yang lama dan yang bagus apalagi yang stoknya terbatas bisa diamankan dahulu untuk kami beli kemudian. Contohnya buku puisi Acep Zamzam Noor yang langsung ludes. Untungnya saya sudah sempat menyelamatkan satu untuk saya sendiri. Huahahaha… (Tring! Muncul dua tanduk)

3.  Ini tak kalah penting, bisa beli SEMUA BUKU DENGAN HARGA DISKON. Gak ada satupun peserta bahkan panitia lain yang bisa begini selain kami. Iya tak ada SELAIN KAMI! (lahh jadi emosi begini). Bahkan saya beli kumpulan esai petinggi UI Maman S Mahayana ini cuma dengan separuh harga. (mental murahan)



4.   Ini sangat penting, bisa melayani pembeli yang rata-rata penyair terkenal. Saya tak pernah bayangin sebelumnya kalau seorang Acep Zamzam Noor melakukan transaksi jual beli dengan saya! (ini berlebihan).

5.  Ini tidak begitu penting, tapi setelah dipikir-pikir lagi jadinya penting juga, bisa dengan mudah minta tanda tangan kepada para penyair. Mereka lho malah yang datang ketempat kami bukan kami yang memburu-buru mereka. (mental kucing, malu-malu tapi mau plus mental pemalas, hihi..)

6.    Yang penting segini dulu, selanjutnya akan kita tentukan begitu anda membayar uang muka beserta cicilan pertama. (apa ini???)



Nah kalau ini bener-bener efek samping. Rekan saya sedang dapat rayuan gombal dari penyair sepuh asal Malaysia ini. Yah yang namanya penyair, sampai tua pun rayuannya tetep cetar membahana. (di layar kaca langsung muncul tanda BO; Bimbingan orang tua)


Berlian Santosa, penulis novel Chan-Phi sedang berbunga hati bersama seorang pembeli yang sekaligus penyair asal Brunai Darussalam.



Sapardi Djoko Damono! (kemudian ekspresi kecewa)



Ups, hampir kelupaan padahal justru ini yang gak boleh ketinggalan terpampang. ^^



0 komentar:

Posting Komentar