Senin, 29 Agustus 2011

Ikat Ketupat yang Memikat


Entah apa yang terjadi dengan mata saya ini. Bertahun-tahun melihat ketupat kenapa baru kali ini begitu tercengang?


Pagi ini angin masih juga berhembus dan menggoyang-goyangkan dedaun rambutan di depan rumah. Ayam-ayam masih juga tak berpuasa, makan sembarangan dan tak pernah mencuci tangan. Di depan tivi dengan perasaaan yang tak terdefinisi saya duduk menghadap dua pokok janur kuning yang tergeletak tak berdaya di atas lantai. 


Awalnya sedikit canggung menyapa mereka, maklum, sekian tahun belakangan hingga saya lulus sma ini (yeah ini murni pencitraan) saya tak pernah membuat ketupat lagi. Keluarga di rumah lebih memilih membeli selongsong ketupat yang sudah dirakit secara legal oleh penjual di pasar, meskipun saya juga tak tahu persis mereka itu sudah ikut sertifikasi atau belum, atau sebenarnya malah mereka itu  mafia? (jreng jreeengg)


Sayalah yang bersikeras agar di lebaran tahun ini ketupatnya made in tangan saya sendiri. Wal hasil sudah ada pe-er menyelesaikan puluhan ketupat di hari libur menjelang lebaran ini. Ayo kita mulai!


Dari awal sebenarnya kegiatannya penuh drama. Kita kudu memanjat pohon kelapa sambil membawa parang lalu menebas sebonggol (bahasa indonesianya apa ya?) janur kuning yang lagi lucu-lucunya, yang kalau diibaratkan anak-anak baru bisa mengucap “mama... papa... mamam... papam(?)..” Setelah aksi tebas paksa anak janur yang tak berdosa itu lalu kita tebas lagi helai daunnya satu-persatu. Saya ulangi Satu Per Satu! Sudah gitu kita robek lagi daunnya untuk memisahkan lidinya (sesuatu yang begitu kuat mempertautkan kedua lembar helai daun yang bersetangkup). Belum puas sampai di situ saja, dua lembar robekan janur yang lukanya belum kering itu segera kita jalin, atau lebih tepatnya kita saling belitkan antara keduanya. Tarik sana tarik sini hingga jadi ketupat. (oke paragraf ini intinya adalah LEBAY)


Alih-alih merasa sedih oleh drama yang saya ciptakan sendiri itu, saya malah terperangah (drama lagi) melihat ketupat yang sudah saya buat dengan kedua tangan pemberian Tuhan ini. Betapa dari setangkup helai janur yang tak bisa ‘menggenggam’ apa-apa kini sudah bisa menjadi wadah yang berbentuk rapi dan cantik, memiliki ruang dengan dinding-dindingnya yang begitu estetik.


Saya malah jadi bertanya-tanya. Kalau ketupat ini dibawa ke matematika kira-kira konfigurasinya dalam angka-angka akan seperti apa ya? Saya takjub dengan dua jelujur daun yang sederhana akhirnya bisa saling mengikat kuat tanpa sedikitpun ada tambahan perekat. Dan yang lebih menggelisahkan saya lagi, SIAPAKAH yang pertama kali membuat ketupat? Aku akan sangat ngefans banget sama ini orang brilliant.


Beneran, kalo dari kawan punai ada yang tahu tolong kasih kedele sama saya ya. Oke ini akan saya sayembarakan. Barang siapa yang tau akan siapa daripada yang menemukan atau yang pertama kali mem buat ketupat; kalau laki-laki akan saya angkat jadi saudara, kalau perempuan akan jadi... emm jadi apa ya prok-prok-prok... tolong dibantu ya... (lho?)


Ehem! Kembali ke jalan yang benar. Melihat jalinan kuning janur bergaris tepi hijau ini menjadikan ada beberapa hal berlintasan di kepala saya. Meski masih dengan konsep-konsep yang blur. Mungkin seperti filosofi menjalani sebuah hubungan, entah itu pertemanan, suami-istri, antar tetangga dsb. Yang –mungkin- bisa diartikan bahwa bukanlah dengan siapa tapi lebih kepada bagaimana hubungan itu dibentuk.


Hubungan apapun tidak bisa diadasarkan kepada sepenuhnya kesenangan, adanya konflik, percekcokan itu lumrah bin wajar, karena kadang justru itulah yang menguatkan pertautan batin.


Lidi yang dihilangkan. Yap, memang pada akhirnya ada sesuatu yang harus dihilangkan untuk bisa bersatu. Dan tentunya hubungan yang baik adalah hubungan yang mensyaratkan hilangnya hal-hal negatif.


Saling memahami, saling mendukung, saling mendahulukan kepentingan yang lain, adalah ‘saling-saling’ yang penting. Kita lihat bahwa dua helain daun itu terkait tanpa ada yang merasa mendominasi atau didominasi. Mereka sepakat tentang kapan harus berendah-rendah (tertutup lipatan) atau kapan harus muncul sebagai bagian yang melindungi selayaknya perisai.


Akhirnya, mungkin lewat memanfaatkan momen lebaran ini di mana terdapat ledakan bunga-bunga silaturahim, kita atau terkhusus saya mungkin harus lebih merenungi tentang BAGAIMANA saya menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitar, tentang lebih memahami siapa mereka sembari menghapus keegoan dan kesubjektifitasan saya.


Tentang menyiapkan ketupat-ketupat persaudaraan yang semoga bisa kita nikmati di hari akhirat nanti.


2 komentar:

Rafiqotul ifadah mengatakan...

T_T hiks...hiks...
jd terharu

akhirnya punai membuat tulisan yang "utuh".hehe.
bravoo...

salut u analisis dan pmkrnx, bgs kok bg.hehe
gak ush terbg gitu kali, ntr gk jd lbran.hehe


punai...
dr hati yang tdk terpaksa.:)
aku mhn maaf lahir batin ya, krn sering iseng dan iseng-iseng lain(ssh mnterjmhknx hehe) intinya u know lah...(haha biasalah.*jadi malu mengakui kekhilafan diri.hihi*)
pokoknya itu deh.
jgn byk ty!ntar aku marhin lagi..
kasihan...

iy, pokoknya untuk punai dibelah kapak, pak ketum dan sesepuh FLPlah mhn maaf bila ada kt2ku yang menancap gak kecabut.mhn diikhlaskan dan dimaafkan yach.
aku jadi anak baik deh, apalagi kl dikasih THR.hehe.
mumpung masih di jambi juga, mhn maaf lhir batin ya u semua...

salam lebaran
salam fitri
salam kemenangan
minal aidin wa faizin...

(lah, kok jadi nulis disini, pdhlkan mau di blog sendiri. ah, sudahlah. kan blog kita bersama.


iya kan bang!!!
(Maksa...)
*disodor pake tulang sapi...

barakallah deh pokoknya

kicaupunai mengatakan...

huaaaa.... *nangis bombay*

gilee... rasa tersanjung dikasih komen yang panjangnya hampir ngalahin postingannya.... hohoho..

ya... bu Ifadah yang baik..(jari-jari langsung keram ngetik kata barusan)kami juga mohon maaf atas segala salah dan khilaf... namun yang jelas jangan kapok-kapok ya corat-coret di blog kita. asala isinya baik dan penuh sanjungan pasti akan kita terima dengan lapang dada.. (lepas kaca mata hitam)

amin atas 'barakallahnya' sampai ketemu pada komen berikutnya. ^^ *tring*

Posting Komentar